Seperti biasa ba’da asar, sebelum belajar sore aku sempatkan tuk
membaca beberapa lembar Al Qur’an. Ketika itu aku membaca ayat يأُخْتَ هرُونَ مَا كَان أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا
كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا (28) “Hai
saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah penjahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang pezina.”(Q.S.
Maryam:28)
Ku heran apa sich maksud dari يأُخْتَ هرُونَ, apakah
Maryam itu saudaranya Nabi Harun ataukah yang dimaksud dalam Al Qur’an itu nama
Harun yang lain. Akhirnya ku tanyakan dengan teman yang ada di sisiku, namun ia
pun belum mengetahuinya dan ia pun masih binggung.
Sejak itu ku bertekad untuk mencari tafsir dari ayat tersebut.
Setelah ujian semester, ku luangkan waktu untuk membuka buku
tafsir...., Alhamdulillah aku menemukannya.
Dan kini ku ingin berbagi
ilmu yang ku dapat, semoga bisa membantu dan menjawab keraguan antum.
Sebagaiman tafsiran yang terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir.
يأُخْتَ هرُونَ “ Hai saudara
perempuan Harun,” yaitu, hai perempuan yang menyerupai Harun dalam hal
beribadah, مَا كَان
أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
“
Ayahmu bukanlah seorang penjahat dan ibumu bukanlah seorang pezina,”
yaitu engkau lahir dari keluarga yang baik dan suci yang dikenal kesholihan,
ibadah dan zuhudnya.
Ali bin Tholib dan As Suddi berkata: “ Dikatakan kepadanya يأُخْتَ هرُونَ, yaitu
saudara Musa.” Karena Maryam berasal dari keturunan Harun.
Ada yang berpendapat, bahwa Maryam digolongkan kepada laki-laki
sholeh di kalangan mereka yang bernama Harun. Beliau diukur dengan laki-laki
itu dari segi kezuhudan dan ibadahnya.
Ibnu Jarir menceritakan dari sebagian ulama bahwa mereka menyerupakan
Maryam dengan laki-laki yang suka berbuat dosa yang bernama Harun. Orang-orang
dahulu diberi nama dengan nama-nama
para Nabi dan orang-orang sholeh dikalangan mereka.
Imam Ahmad berkata bahwa Al
Mughiroh bin Syu’bah berkata:
“ Rasululloh shalallohu’alaihi wa salam mengutusku ke Najran, lalu
mereka berkata: “Apa pendapatmu tentang apa yang kalian baca: يأُخْتَ هرُونَ, padahal Nabi Musa sebelum
Nabi Isa sekian tahun jaraknya?” Aku pun kembali dan menceritakan hal tersebut
kepada Rasululloh shalallohu’alaihi wa salam. Lalu beliau bersabda :
أَلاَ
أَخْبَرْتَهُمْ أَنَّهُمْ كَنُوا يُسَمُّونَ بِالأَنْبِياء والصَّالِحِيْنَ
قَبْلَهُمْ
“Mengapa tidak engkau
beritahukan kepada mereka, bahwa dahulu mereka diberi nama dengan nama para
Nabi dan orang-orang yang sholeh sebelum mereka.” (HR. Muslim, At Tirmidzi dan
An Nasa’i. At Tirmidzi berkata: “Hasan shahih gharib, kami tidak
mengetahuinya kecuali dari hadist Ibnu Idris.”)[1]
[1] Dr. ‘Abdulloh
bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir,pent. Pustaka Imam Syafi’i, jilid
05, hal. 513.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar