Minggu, 01 Juli 2018

Nasehat dan Motivasi Menuntut Ilmu


Kaifa haluk sobat.....
Semoga engkau dalam keadaan sehat jasmani dan rohani...
Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah dan dalam ketaatan kepada-Nya.....,  amiiin
Sobat...,
Bagaimana perjalananmu dalam menuntut ilmu???
So pasti tetap semangat.....
Saya punya beberapa kata-kata mengenai penuntut ilmu yang saya ambil di dalam buku, sekedar berbagi sebagai motivasi dan nasehat. Semoga bermanfaat sobat............

Al Hafidz Abu Umar bin Abdil Barr memaparkan dalam kitab beliau, Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhlihi, “Diantara syair-syair adab menuntut ilmu yang paling bagus yang saya ketahui adalah yang didasarkan kepada Al Lu’lui dari Rajaz, dan sebagian ulama menyandarkannya kepada Al Ma’mun.”:
Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar, menghafal, mendalami, dan memahaminya.
Ilmu adakalanya dilimpahkan kepada orang yang masih belia dan ditahan dari yang telah dewasa.
 Sesungguhnya, seseorang dilihat ketika masa mudanya, bukan karna kedua kaki dan tangannya.
Lisannya dan hatinya senantiasa terpatri di dadanya, dan itulah kemuliaan akhlakya
Ilmu itu hanyalah dengan memahami, berdiskusi, belajar, memikirkan  dan beradu argumen
Maka adakalanya seseorang sanggup menghafal, mengutip nash, dan meriwayatkan kata-kata
Namun ia tidak mendapatkan bagian dari apa yang diajarkan oleh seorang yang berilmu lagi beretika
Adakalanya seseorang mempunyai semangat dan hasrat yang kuat terhadap ilmu dan hafalannya dengan hati yang renta
Ia lemah dalam hafalan dan riwayat hingga tidaklah ia mampu meriwayatkan apa pun jua
Sedangkan yang lain diberi hafalan tanpa kesulitan yang ada dalam sanadnya
Ia hanya menyimpannya di hati tanpa menyelaminya, tidaklah ia mencoba untuk mendalaminya
Maka, carilah ilmu dan pindahkanlah dalam mencarinya, dan ilmu tidak akan bernilai tanpa adanya tata krama
Adab terbaik adalah dengan diam yang baik, karena dalam ucapan terdapat sebagian dosa
Jadikanlah pekerti yang bagus sebagai jalan hidupmu, sebagai alasan engkau layak dipuji atas apa yang engkau tinggalkan
Apabila ada sebuah pertanyaan terjadi di tengah orang banyak, dan pertanyaan itu sudah banyak dan pertanyaan itu sudah banyak diketahui dalam ilmu dan jawabannya
Maka janganlah engkau tergesa-gesa dalm menjawabnya, hingga engkau lihat yang lainnya berbica
Betapa banyak orang menjawab dengn tergesa-gesa, tanpa memahami kecerdasan si penannya
Ia pun diremehkan di kelas pelajaran, dihadapan orang-orang cerdik dan ahliannya
Katakanlah, jika engkau masih bimbang dengan pertanyaan itu, maka engkau belum pantas untuk ditanyai mengenainya
Demikianlah goresan ilmu para ulama, sebagaimana yang dituturkan oleh para hukama
Ketahuilah, engkau lebih layak dan bagus untuk diam, jika engkau belum punya ilmu yang terpelihara
Jauhilah rasa bangga karna sanjungan orang yang menyaksikanmu
Hati-hatilah menjawab pertanyaan dengan kesalahanmu
Betapa banyak jawaban akhirnya berbuah penyesalan
Oleh sebab itu tetaplah dian dan dalam ketenangan
Ilmu yang membuih itu akan dijauhi, ketika ilmu itu melenceng dari tujuan
Tidaklah setiap ilmu yang diberikan itu sementara dan tidak juga lama meskipun engkau berusaha lama menjumlahkannya
Tidaklah yang tersisa atasmu lebih banyak daripada apa yang engkau pelajari dan berpengaruh apa yang diajarkan
Maka jadilah engkau pendengar yang mencoba memahami, meskipun engkau belum sanggup mengerti pembahasan
Ucapan itu ada dua: perkataan yang engkau berusaha pikirkan dan perkataan yang engkau dengar namunn engkau tidak tahu
Setiap perkataan mestilah memiliki jawaban yang berkumpul padanya kebatilan dan kebebaran
Setiap pembahasan pasti memiliki awal dan akhir, maka pahamilah dan daya pikirmu coba hadirkan
Adakalanya kebingungan memiliki keutamaan dari jawaban yang dipaparkan oleh pertanyaan
Senantiasalah membisu dari jawabannya ketika terjadi keraguan dalam kebenaran
Meskipun jawaban yang ternalar itu merupakan perak putih di tengah-tengah para insan
Namun, diam adalah sebaik-baik emas, maka fahamilah semoga Allah menuntunmu dalma adab dan perjuangan.[1]












[1] Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab- Adab Halaqoh Al Qur’an, pent. AQWAM, hal. 157-160.

Tidak ada komentar:

Kawan..., silahkan tinggalkan pesan...

Nama

Email *

Pesan *